About Us

agronomi-landscape-tekben

MENU UTAMA


Kamis, 10 Maret 2011

BELAJAR MELEPASKAN APA YANG MENJADI MILIK KITA

Sesuatu yang telah diberikan, kita pikir itu MILIK kita
sesuatu yang telah didapatkan, kita pikir itu MILIK kita
sesuatu yang diperoleh, kita pikir itu adalah MILIK kita
semua MILIK kita, PUNYA kita dan menjadi HAK kita
Tanpa kita sadari begitu kita terpisah darinya
begitu sakit rasanya…
begitu dalam penderitaannya…
begitu besar kehilangannya
begitu dalam jurang kesedihannya….
Ia datang tanpa diundang…
Ia pun pergi tanpa berbekas…
Ia yang datang dan pergi semua bukan milik kita
dan tidak perlu kita menderita karena melekatinya

selagi bersama, bahagialah
selagi memiliki, hargailah
selagi ada, rasakanlah
sewaktu berpisah, kenanglah
sewaktu pergi, relakanlah
sewaktu kehilangan, lepaskanlah.
Saat jodoh telah berakhir, relakanlah, lepaskanlah…
Setiap orang terlahir di dunia ini dengan tangan kosong.
Ketika perannya berakhir,
sampai di sanalah skenario kehidupannya.


Ican : 28/02/2011

TIPS UNTUK MENDISIPLINKAN ANAK TANPA KEKERASAN


image

1. Katakan dengan Cara Halus tetapi Tegas

Biasanya orangtua mudah membentak kasar, atau memukul apabila anaknya tidak mau mendengar perintah orangtuanya yang telah dikatakannya berkali-kali. Dalam situasi demikian, anda dapat berlutut agar sama tinggi dengan anak, pegang pundaknya, serta tatap matanya sambil secara halus tetapi tegas, dan dengan kalimat pendek sambil berkata; misalnya, “Mama ingin kamu mandi sekarang juga”.

2. Tenangkan Diri Anda

Apabila anda sedang marah, ingin meledak dan memukul anak anda, tahan dan tarik nafas, serta masuk ke kamar terlebih dahulu. Anda dapat berwudhu, berzikir, atau dengan cara apa saja yang dapat menenangkan diri. Setelah anda tenang, biasanya anda akan mempunyai solusi yang lebih baik untuk menghadapi anak anda. Kemudian diskusikan dengan anak anda mengapa perbuatannya salah, dan minta anak untuk menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan.

3. Berikan Anak Anda Konsekuensi

Apabila anak melanggar aturan, beritahu anak bahwa perbuatannya salah, dan berikan tugas tambahan sebagai konsekuensinya. Misalnya, membersihkan kamar mandi, menyapu halaman, mencuci mobil, dan sebagainya. Anak perlu mengetahui bahwa segala perbuatan yang melanggar aturan, pasti ada konsekuensinya.

4. Berikan Pilihan

Berikan anak pilihan sebagai konsekuensi perbuatannya yang salah. Apabila anak terus membuat keributan dengan memukul kaleng dengan sendok, padahal anda sedang pusing, tanyakan pada anak: “Mama sedang pusing, apakah kamu bisa stop memukul kaleng itu, atau kamu harus keluar dan bermain di halaman?”. Apabila anak terus memukul kaleng tersebut, maka dengan halus tetapi tegas, gandeng ia keluar rumah. Jadi, anda tidak perlu membentak atau memukul anak.
 

5. Jangan Melibatkan Diri untuk Konflik dengan Anak

Sering terjadi orangtua mudah terpicu kemarahannya, atau ingin memukul ketika anaknya melawan, atau menjawab balik perkataan orangtuanya secara kasar. Dalam situasi seperti ini, sebaiknya orangtua cepat pergi ke ruangan lain, dan secara kalem bilang, “Kamu boleh ketuk pintu kamar mama apabila kamu sudah siap untuk meminta maaf atas kata-katamu yang tidak sopan terhadap mama tadi”. Jangan dekati anak sebelum anak meminta maaf. Cara ini akan membuat anak berpikir ulang atas perbuatannya, dan membuatnya merasa bersalah, dan meminta maaf.
 

6. Beritahu Anak Sebelumnya

Seringkali orangtua menyuruh anak secara tiba-tiba, padahal anak sedang asyik dengan kegiatannya. Biasanya anak akan menolak dan merengek ketika disuruh, yang dapat memicu kemarahan orangtuanya. Sebaiknya orangtua memberikan tenggang waktu, sehingga anak akan lebih siap menerima perintah. Contoh :
Ibu : “Budi…hari sudah sore, 5 menit lagi mandi ya..!”
Anak : “Aduh,,,, lagi seru nih ….”
Ibu : “Pilih 5 menit atau 10 menit?”
Anak : “10 menit lagi”
Ibu : “Baik, nanti ibu panggil setelah 10 menit”

7. Ubahlah Cara Pandang Kita terhadap Kelakuan Anak

Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan senang mencoba hal-hal yang baru. Misalnya anak-anak yang membongkar mainannya, sebenarnya mereka ingin tahu bagaimana bagian-bagian benda yang bisa tersusun menjadi sebuah rangkaian mainan. Maka, ubahlah persepsi anda bahwa anak anda tersebut bukan nakal tetapi anak kreatif yang rasa ingin tahunya besar. Mungkin anda bisa membeli mainan yang tidak terlalu mahal, dan siapkan diri anda bahwa mainan tersebut akan dibongkar oleh anak anda. Semakin besar anak, semakin mengerti ia untuk tidak merusak mainannya.

8. Cari Waktu untuk Diri Anda Sendiri

Orangtua yang terlalu sibuk dan lelah, biasanya akan lebih mudah marah dan memukul anaknya. Para ibu yang habis waktunya untuk mengurus rumah tangga (mencuci, ke pasar, memasak, dsb.), sering merasa lelah fisik dan mental. Oleh karena itu, penting sekali mencari waktu untuk diri sendiri, misalnya, membaca, olah raga, menonton film, atau berdo’a.